Diluncurkan pada 5 Maret 2019 di Taman Air Mancur Sri Baduga Purwakarta dan disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi, Vivo V15 kini mulai dilupakan calon pembeli ponsel. Ya, gencarnya peluncuran produk baru membuat siklus hidup ponsel relatif singkat.
Namun, secepat itukah V15 patut “dicampakkan”? Mestinya tidak. Apalagi, buat pengguna yang gemar berswafoto dan memamerkannya di media sosial. Sebab, dengan mengeluarkan dana Rp4,099 juta saja, mereka sudah bisa berkata, “Selamat tinggal klinik kecantikan!”
V15 hadir dengan layar IPS 6,53 inci beresolusi full HD+ 2.340 x 1.080 piksel. Layar dengan Corning Gorilla Glass 5 itu tanpa poni, kutil, jerawat, atau titik air yang akan mengurangi luas layar. Vivo menyebutnya sebagai ultimate all screen.
Di manakah letak kamera depan ponsel? Ia tersembunyi di bagian atas ponsel. Ketika pengguna akan berswafoto, pop up camera itu baru menyembul keluar. Srutttt… ?
Selot untuk menampung dua nano SIM dan satu keping microSD secara bersamaan terdapat di sisi kiri ponsel. Di bawahnya ada smart button untuk mengakses Google Assistant dan Jovi, kecerdasan buatan ala Vivo, dengan lebih cepat.
Tombol volume dan power akan dijumpai di sisi kanan ponsel. Sedangkan konektor audio 3,5 milimeter, mikrofon, konektor micro USB, dan lubang speaker tersedia di bagian bawah V15. Sensor sidik jari? Posisinya di bagian belakang ponsel.
Ponsel yang tersedia dalam dua pilihan warna, royal blue dan glamour red, itu bersistem operasi Android 9 Pie dengan tampilan antarmuka Funtouch OS. Prosesor delapan inti ( octa core) MediaTek Helio P70 yang digunakan terdiri atas empat inti berkecepatan 2,1 GHz dan empat inti 2 GHz.
Dua nomor yang diselipkan ke ponsel dapat siaga bersamaan di jaringan 4G LTE. Ponsel itu kompatibel pula dengan native VoLTE Smartfren. Wi-Fi, bluetooth, GPS, RAM 6 GB, dan ROM 64 GB merupakan sebagian spesifikasi lain V15. Saat ponsel baru diaktifkan, sisa memori internal mencapai 51,94 GB.
Pengguna V15 akan menjumpai fitur radio FM yang siarannya bisa direkam, game cube, dan motorbike mode. Ada pula double click to light, double tap to turn off screen, dan app clone.
Agar lebih jelas, penulis alias HSW akan menjelaskannya satu per satu. Game cube disediakan untuk memanjakan pengguna yang suka bermain game. Dengan mengaktifkan fitur itu, ketika pengguna sedang nge-game, ponsel dapat otomatis menolak panggilan masuk dan memblokir notifikasi.
Beralih ke motorbike mode. Cara kerjanya mirip dengan game cube. Bedanya, motorbike mode disiapkan untuk pengendara sepeda motor.
Sementara itu, double click to light dan double tap to turn off screen mudahnya sebut saja sebagai fitur ketuk-ketuk layar. Ketuk dua kali untuk mengaktifkan layar yang awalnya padam. Ketuk lagi dua kali untuk memadamkan layar sekaligus mengunci ponsel.
Sekarang membahas app clone. Fitur tersebut memungkinkan pengguna menggandakan aplikasi tertentu. Misalnya, Facebook dan WhatsApp. Fitur kloning di V15 ini bak pinang dibelah dua dengan fitur app twin di ponsel Huawei atau clone apps di ponsel Realme. Aplikasi yang dapat dikloning terbatas. Bukan semua aplikasi yang diinstalasikan ke ponsel.
Baterai tanam 4.000 mAh menjadi pemasok daya ponsel. Dengan perilaku pemakaian ala HSW, baterai itu sanggup bertahan mulai pagi sampai larut malam. V15 telah mengadopsi dual engine fast charging. Untuk mengisi ulang daya baterai sampai penuh, charger bawaan ponsel membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Kini saatnya membahas nilai jual utama ponsel berdimensi fisik 161,97 x 75,93 x 8,54 milimeter dan berat 189,5 gram itu. Kamera depan V15 mampu menghasilkan foto beresolusi 32 megapiksel dan klip video full HD 1080p. Bila HSW tidak silap ingatan, V15 adalah ponsel pertama dengan resolusi kamera depan sebesar itu yang beredar resmi di Indonesia.
Selain mode normal, kamera depan V15 dilengkapi mode AI beauty yang siap “mengoperasi wajah” pengguna. Tak usah lagi merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar aneka perawatan dan terapi di klinik kecantikan deh. Kecantikan yang dihasilkan kamera depan V15 lebih instan. Ha… ha… ha….
Kamera belakang V15 tidak kalah mengesankan. Kamera dengan fokus otomatis dan lampu kilat itu terdiri atas tiga lensa. Kalau disebutkan dari atas, urutannya lensa pengukur kedalaman objek beresolusi lima megapiksel, lensa sudut lebar delapan megapiksel, dan lensa normal alias lensa utama 24 megapiksel. Bukaan lensa utamanya f/1,78. Kamera dengan kecerdasan buatan alias AI tersebut sanggup menghasilkan foto beresolusi 24 megapiksel dan klip video full HD 1080p.
Sederet fitur ditanamkan ke kamera belakang ponsel. Di antaranya, portrait light effect, live photo, dan efek bokeh. Ada pula night mode, AI beauty, AI portrait framing, dan pro. AI portrait framing akan menyarankan komposisi terbaik saat pengguna memotret orang.
Ingin menyulap seseorang agar terlihat lebih kurus? Manfaatkan fitur AI body shaping. Sedangkan pada mode pro, aneka parameter pemotretan leluasa diatur secara manual. Misalnya, ISO mulai 100 hingga 3200 dan kecepatan rana mulai 1/12.000 detik hingga 32 detik.
***
Bila dirangkum, menurut HSW, untuk sebuah ponsel kelas menengah V15 tergolong menarik. Walaupun permukaan bodi belakang ponsel itu terbuat dari polikarbonat-masyarakat lebih sering menyebutnya plastik-, ia tetap terlihat mewah. Gradasi warnanya indah.
Hal yang patut diwaspadai dari bodi berbahan polikarbonat, permukaannya relatif lebih mudah tergores daripada yang berbahan kaca atau logam. Solusinya sudah tersedia di dalam kardus V15. Pasangkan hybrid case tambahan yang telah disertakan.
Bagian tengah hybrid case itu berupa plastik keras bening. Ia siap melindungi permukaan belakang ponsel tanpa menutupi kecantikan warna V15. Sedangkan tepi kiri-kanan hybrid case berbahan karet. Sehingga, pengguna dapat menggenggam ponsel dengan lebih nyaman.
Menyoal kegegasan dan daya tahan baterai, dua faktor itu tak perlu disangsikan lagi. Kinerja kamera depan maupun kamera belakang V15 juga memuaskan. Fitur beauty-nya benar-benar “jahat” alias dahsyat.
Ssstt.. sedikit membongkar rahasia, ketika V15 baru diluncurkan, terus terang HSW sempat kecewa dengan performa kamera ponsel itu. “Kok tidak sebagus kamera Vivo V11 Pro ya,” gumam HSW di dalam hati. Setelah mendapatkan beberapa kali pembaruan firmware, kinerja kamera ponsel tersebut meningkat drastis. Firmware terakhir yang HSW gunakan dalam uji pakai adalah versi 1.11.7.
Seandainya V15 memanfaatkan konektor charger USB tipe C dan dibekali NFC plus inframerah sebagai remote control, ah… ponsel itu bakal semakin menggiurkan. Betul, konektor micro USB seperti yang dipakai V15 tidak buruk. Namun, umpama telah mengadopsi USB tipe C, pengguna tak perlu lagi khawatir terbalik menancapkan kabel charger, bukan?
Saat HSW tuntas mengetikkan ulasan ini, pasca-melahap song mie ayam dan jagung rebus, satu unit Vivo V15 dapat ditebus dengan harga ritel resmi Rp4,099 juta. Ingin lebih murah? Asalkan Anda serius akan membeli, dengan senang hati HSW bakal memaparkan caranya. Tanyakan saja di kolom komentar.
***
Berikut contoh hasil jepretan kamera Vivo V15. Semua menggunakan mode otomatis dan tanpa menggunakan lampu kilat, kecuali disebutkan khusus. Ukuran foto telah diperkecil agar lebih ringan saat diakses. Tidak ada olah digital lain yang dilakukan.
Posisi pemotretan sama dengan foto di atas, tetapi kali ini menggunakan lensa sudut lebar.
Kembali ke lensa normal.
Pemotretan pada malam hari berikut ini menggunakan mode normal/otomatis, bukan night mode.
Saatnya mencoba efek bokeh.
Menjajal AI portrait framing.
Sekarang menguji AI body shaping. Perhatikan perbedaan foto kedua dibandingkan foto pertama.
Ada contoh hasil jepretan night mode? Ada dong. Foto pertama mode otomatis, sedangkan foto kedua saat night mode aktif.
Foto-foto di bawah ini dijepret memakai kamera depan.
Seberapa “jahat” fitur AI beauty di V15?
Inilah contoh klip video yang dihasilkan kamera V15.
***
Tangkapan layar Antutu Benchmark, Sensor Box for Android, kondisi awal RAM, dan versi firmware ponsel saat uji pakai.
Originally published at https://ponselmu.com on June 5, 2019.